Pages

Subscribe:

Ads 488x100px

PENDIDIKAN TANPA BATAS

Sabtu, 19 November 2011

teori sosiologo(ketergantungan)

Teori Ketergantungan (bahasa Inggris: Dependency Theory) adalah teori tentang komunikasi massa yang diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar.
Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar.
Besarnya ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal.
  • Pertama, individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah acara Cek dan ricek, itu ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas.
  • Kedua, persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi. Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh besar atas pendapat rakyatnya, pemberitaan media membosankan karena segala sesuatu tidak bebas untuk digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga masyarakat lebih mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka.


KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL
Secara teoritis, situasi saat ini mengingatkan kita pada teori dalam ilmu ekonomi pembangunan yang pernah memukau pada dekade 1970-an, yaitu teori ketergantungan internasional. Teori ketergantungan internasional dibagi menjadi tiga, yaitu model ketergantungan neokolonial, model paradigma palsu, dan tesis pembangunan dualistik.
Model ketergantungan kolonial merupakan pengembangan dari pemikiran kaum Marxis. Ide utamanya ialah hubungan yang tidak seimbang antara negara pusat yang terdiri dari negara maju dan negara periphery yang terdiri dari negara berkembang. Model ini juga berpendapat bahwa sebagian kecil elite di negara berkembang, misalnya militer, pengusaha, dan penguasa, ikut menciptakan pelestarian keterbelakangan. Sebab mereka ikut melestarikan sistem kapitalis internasional yang tidak adil, menindas, dan mereka memang mendapat keuntungan darinya (Todaro, 2000).
Sementara itu, dalam model paradigma palsu, keterbelakangan negara-negara dunia ketiga dihubungkan dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan para pengamat atau 'pakar' internasional yang bernaung di bawah lembaga bantuan negara maju dan organisasi donor multinasional. Para pakar ini sering menjerumuskan negara berkembang untuk membuat kebijakan yang tidak tepat bahkan melenceng sama sekali.
Dengan mengacu kepada Indonesia, pemerintah sebenarnya sadar bahwa situasi saat ini berkaitan dengan implementasi letter of intent dengan IMF, Oktober 1997. Sejak saat itu, peran Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam mengendalikan harga, pemasaran, dan impor bahan-bahan pokok mulai tereliminasi.
Ketiga, tesis pembangunan-dualistik bertolak dari anggapan bahwa terdapat jurang pemisah antara negara-negara kaya dan miskin serta antara orang-orang kaya dan miskin di setiap negara. Tesis ini beranggapan bahwa gap itu bersifat baku, permanen, dan kronis sehingga prinsip trickle down effect itu sulit untuk diterima.
Teori ketergantungan internasional pada akhirnya 'tersapu' oleh pemikiran barat, yaitu kontrarevolusi neoklasik pada 1980-an dan 1990-an. Kontrarevolusi neoklasik berpendapat kondisi keterbelakangan di negara berkembang disebabkan campur tangan pemerintah yang berlebihan dan pengaturan harga yang kurang tepat. Oleh sebab itu, kebijakan yang mendukung pasar bebas (free markets) diperlukan. Teori ini juga berargumen, kemiskinan bukan disebabkan negara maju dan badan-badan internasional yang bersifat predator, melainkan karena campur tangan pemerintah yang kelewat batas, korupsi, inefisiensi di sektor bisnis domestik serta terbatasnya insentif perekonomian.
Tiga komponen penting dalam teori ini adalah pendekatan pasar bebas, pendekatan pilihan rasional, dan pendekatan ramah terhadap pasar.Indonesia secara perlahan tapi pasti mendukung konsep pasar bebas. Tidaklah luar biasa jika untuk menopang ketahanan pangan, Indonesia memilih untuk mengimpor beras dari Vietnam dan mengimpor kedelai dari AS. Prinsipnya, jika harga impor lebih murah ketimbang memproduksi sendiri, lalu kenapa kita mesti memproduksi sendiri bahan pangan tersebut?
Kebijakan impor sesungguhnya berimplikasi besar bagi perekonomian rakyat. Harga kebutuhan pokok menjadi rentan (jika tidak mau dikatakan terus naik) sebab tergantung pada situasi sosial politik dan harga dunia. Impor makanan pokok juga tidak otomatis dapat menyelesaikan inti masalah pertanian. Di sisi lain, masa kerja pemerintah Yudhoyono-Kalla tidak lebih dari dua tahun lagi, itu pun jika tidak dikurangi proses menuju Pemilu 2009. Akankah beliau berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan dengan kebijakan propetani? Ataukah sebaliknya, kita tetap tidak berdaya menghadapi kenaikan harga bahan pangan dunia?
Asumsi dasar teori ketergantungan menganggap ketergantungan sebagai gejala yang sangat umum ditemui pada negara-negara dunia ketiga, disebabkan faktor eksternal, lebih sebagai masalah ekonomi dan polarisasi regional ekonomi global, dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau tak akan pernah melahirkan pembangunan. Terbelakang adalah label untuk negara dengan kondisi teknologi dan ekonomi yang rendah diukur dari sistem kapitalis. Frank adalah penyebar pertama dependensi. Menurut Frank, modernisasi mengabaikan sejarah (ahistoris) karena telah mengabaikan kenyataan hancurnya struktur masyarakat dunia ketiga. Frank mengumpamakan hubungan hubungan negara-negara maju dengan negara dunia ketiga sebagai rangkaian hubungan dominasi dan eksploitasi antara metropolis dengan satelitnya. Lebih jauh Roxborough menyatakan bahwa terdapat peranan struktur kelas di negara dunia ketiga yang juga berperan dalam hubungan dominasi tersebut.
            Santos menyatakan, bahwa ada tiga bentuk keterantungan, yaitu: ketergantungan kolonial,  ketergantungan industri keuangan, dan ketergantungan teknologi industri. Pada ketergantungan kolonial, negara dominan, yang bekerja sama dengan elit negara tergantung,  memonopoli pemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, serta ekspor barang galian dan hasil bumi dari negara jajahan.





















                      TUGAS REVIEW
TEORI KETERGANTUNGAN”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosiologi II
Dosen Pengampu:           Antari Ayuning Arsi, S.Sos
                                       Dra. Triwaty Arsal, M.Si













Disusun oleh :
Nama            :  Lazuardi Fajar N
Nim               :  3501406579
Prodi             :  P. Sosiologi Antropologi


JURUSAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar