Pages

Subscribe:

Ads 488x100px

PENDIDIKAN TANPA BATAS

Sabtu, 19 November 2011

bentang masyarakat jawa

KARAKTER, POTENSI , DAN MASALAH PESlSlR KOTA PEKALONGAN
(CHARACTERISTIC OF PEKALONGAN CITY COASTAL)
Mochamad ~ o s u l ' ~
ABSTRAK
Wilayah pesisir terkait dengan batasan wilayah pesisir yang didefinisikan sebagai wilayah
peralihan antara laut dan daratan, yang ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh
laut atau pasang surut, dan ke arah laut mencakup daerah yang masih terkena pengaruh daratan.
Ditinjau dari garis pantai, wilayah pesisir memiliki dua kategori batas yaitu batas yang sejajar garis
pantai (longshore) sejauh 4 mil laut (6.56 km) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai
(crosshore) sesuai batas Kota Pekalongan. Wilayah ini dapat merupakan satu kawasan pada satu
batas administratif pemerintahan maupun wilayah perencanaan yang melintas batas wilayah
administratif (antar kabupatenlkota dan antar propinsi). Wilayah Pesisir juga merupakan wilayah
perencanaan yang didasarkan atas karakteristik potensi dan permasalahan eko-biogeografis rheliputi
kondisi ekologi, biologi beserta ekosistem wilayah (darat dan laut) bersama semua jenis biota serta
kondisi geografis yang menentukan faktor alam yang membentuk dan mempengaruhi evolusi dan
perubahan wilayah tersebut. Perubahan ekosistem pada wilayah pesisir dapat mempengaruhi
ekosistem lain.
Kata-kata kunci: Pesisir, Tata Ruang, Lingkungan, Penggunaan lahan.
ABSTRACT
Coastal area is a interface area between sea ecosystem and land ecosystem, describe land
area until impact of spring tide and neap tide to land, to sea boundary until land area impact to sea.
Base on longshore, coastal area have two categories boundary, that are longshore as 4 mile or 5,65
kin from high water level (hwl) shore and crosshore suitable than city Pekalongan of mark. This are is a
government administrative boundary and area planning over limit administrative boundary (over of city
and province boundery). Coastal Area is a area planning base on potential characferistiq and problems
of eco-biogeografis like ecology, biology, and region ecosystem (land and sea) live together with all of
biota and geographic condition to evolution influent and change of region. Change of region In coastal
can influent of the other ecosystem.
Keywords: Coastal, spatial arrangement, environment, land use
Dosen Fakulfas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang
Karakter, Potensi, Dan Masalah Pesisir Kota ~ekalongan' 186
I. PENDAHULUAN
Penelitian ini didasari atas adanya
permasalahan fisik antara lain banjir dan rob dan
non fisik seperti permukiman kumuh yang terjadi di
pesisir kota Pekalongan. Apabila permasalahan
tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan akan
berdampak negatif pada kawasan pesisir yang
semakin has Wilayah pesis~r merupakan
pertemuan antara darat dan laut yang meliputi
wilayah sekitar 8 % permukaan bumi (Dahuri, dkk,
2001; Kay, R., dkk.; 1999). Jadi wilayah pesisir
merupakan wilayah peralihan antara ekos~stem
darat dan laut sehingga sehingga memiliki arti
strategis dan memiliki potensi sumberdaya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya.
Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut meliputi
pula pulau-pulau besar dan kecil yang dikelilingi
ekosistem pantai tropis.
Kawasan Pantai Utara Jawa Tengah
memiliki potensi perkembangan sangat tinggi
dengan karakteristik wilayah bertopografi landai
dan dangkal berupa hutan bakau, juga memiliki
banyak kegiatan yang meliputi perikanan tambak,
pelabuhan, industri dan bahkan sebagian kota
merupakan wafer front city seperti Pekalongan.
Perkembangan yang pesat ini juga didorong oleh
adanya pengembangan jaringan transportasi
empat jalur. Ke arah timur menuju Semarang dan
Surabaya, dan ke arah barat menuju Jakarta. Pada
sisi lain perkembangan yang epsat perlu didorong
peningkatannya dan perlu dijaga agar
pemanfaatan ruang tetap terkendali dengan balk
melalui penyusunan rencana tata ruang.
Pemanfaatan suatu ruang menurut UU
Tata Ruang (UUTR 24, 1992 pasal 15) sangat erat
kaitannya dan tidak terlepas dari aspek
pengelolaan. Dalam pemanfaatan ruang
dikembangkan pola pengelolaan
sumberdapa yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan asas penataan ruang.
Begitu juga halnya dengan Pedoman
Rencana Tata Ruang Kawasan Pesisir
Kota Pekalongan, perencanaan yang
dimaksud tidak akan berhenti hanya pada
aspek pemanfaatan saja melainkan
berlanjut dan terintegrasi dengan aspek
pengelolaan sebagai bagian dari siklus
perencanaan secara keseluruhan. Tulisan
ini menyoroti beberapa ha1 terkait dengan
karakter wilayah studi sebagai wujud fisik
dan nnon fisik kawasan, potensi yang
dapat diandalkan dalam pengembangan
peissir, dan beberapa permasalahan yang
menjadi handicap perkembangan wilayah
pesisir Kota pekalongan. Manfaat studi hi
sebagai dasar dalam penyusunan
perencanaan pengembangan kawasan
pesisir kota Pekalongan.
11. METODE STUD1
Studi dapat dibagi dalam 3 bagian
besar: meode yang berkaitan dengan
data-data numerik, peta-peta dan gambar
serta rekaman visual. Lebih jelasnya
metode studi baik kegiatan pengambilan,
analisis data, maupun perencanaan
disampaikan sebagai berikut :
a Pengambilan Data Numerik dan
Deskripsi meliputi : (ID)a ta sekunder
tentang dokumen kebijakan, strategi,
perencanaan dan program
pembangunan langsung dari instansi;
(2) Pengambilan catatan kuesioner
penduduk tentang motivasi dan
aspirasi dengan sampel acak
187 Jurnal PONDAS1 Vol. 12 Alo.2 Desember 2006
proporsional; (3) Data primer dan sekunder
disusun sesuai kategori yakni Motivasi dan
aspirasi penduduk, Demografi, Sosial ekonom~,
Ekonomi perkotaan dari instansi pemerintah,
Data kendala iingkungan diambil sebagai data
primer.
b Pengambilan Data Peta: Jenis peta yang
dibutuhkan (1) Peta Dasar skaia 1:10.000 dan
1:5000; (2) Peta Land Use; (3) Peta rencana
pengembangan peta-peta ini diambil dari
pemerintah kotalDinas Tata Kota atau Badan
Pertanahan Nasional; (4) Peta Kendala fis~k
lingkungan; (5) Peta topografi; (6) Peta
Bathimetri; (7) Dilakukan pemetaan di
lapangan dibandingkan dengan peta tematik
data sekunder.
c Pengambilan gambar visual Rekaman foto: (1)
Kondisi lahan kosong; (2) Kondisi kepadatan
rumah, (3) Fasiiitas umum; (4) Jalan besar dan
jaian lingkungan; (5) Dilakukan dengan
rekaman langsung di iapangan.
Metode Analisis yang digunakan adalah
dengan melalui (1) Diskusi materi kebijakan,
strategi dan program perencanaan pemerintah kota
Pekalongan; Metode perhitungan forecasting untuk
5, 10 dan 25 tahun ke depan; dan Membuat
prediksi dan perkiraan kejadian atas dasar analisis
numerik dan secara heuristik; (2) Metoda overlay
atas peta dasar, dan peta-peta tematik antara lain:
peta land use dan peta struktur keruangan lalu
didelineasi gejala spasialnya; Metoda heuristikltrial
& error atau interpretasi spasial; (3) lnterpretasi
kuaiitas secara visual atas hasil rekam foto.
Pada metode penyusunan rencana
dilakukan dengan: (1) Mendiskusikan dan
rnendeskripsikan penetapan arah, kebijakan dan
strategi pembangunan jangka 5, 10 dan 25 tahun;
(2) Peta digambar dengan Program
AutoCad sesuai dengan tema peta; (3)
Gambar visual rancangan arsitektur
kawasan.
Ill. HASlL STUD1
3.1 KARAKTER KAWASAN DAN
POTENSI
Kawasan pesisir Kota
Pekalongan dari pusat Kota Pekalongan
dengan jarak i 33 km. Kota Pekalongan
terletak di dataran rendah pantai Utara
Puiau Jawa, dengan ketinggian i 1,00 m
diatas permukaan laut dengan posisi
geografrs antara 6'50'42" - 6'55'44"
Lintang Selatan, dan 109'37'55 -
109~42'19" Bujur Timur . Berdasarkan
koordinat geografisnya, Kota Pekalongan
membentang antara 510,OO - 518,OO km
rnembujur dan 517,75 - 526,75 km
melintang.
Jarak terjauh dari Utara ke
Selatan mencapai i 9 km untuk darat,
sedangkan dari Barat ke Timur mencapai
i 7 km. Kawasan pesisir (bagian laut) Kota
Pekalongan, meliputi daerah perairan laut
sejauh 4 mil laut (6,4 km) dari bibir pantai
tertinggi saat pasang, dengan has i 38,4
km2 terletak pada garis lintang antara 06 '
50 ' 42 " - 06 O 53 ' 30 " LS dan garis bujur:
109 ' 39 ' 00 " - 109 O 42 ' 30 " BT. Kota
Pekalongan secara administratif terbagi
atas 4 (ernpat) kecamatan yang terbagi
lagi menjadi 46 kelurahan dengan has
keseluruhan mencapai 45,25 km2. yang
tergolong dalam kategori pesisir terdiri
Karakter, Pofensi, Dan Masalah Pesisir Kota ~ekalongan' 188
atas lima kelurahan yaitu Kelurahan Bandengan,
Kandang panjang, Panjang Wetan, Krapyak Lor,
dan Degayu.
Kawasan Pesisir Pekalongan, pada
dasarnya masih didominasi oleh lahan
perswawahan dan merupakan lahan potensial
untuk pengembangan pembangunan. Sesuai
dengan arahan pembangunan pada BWK A dan D
RDTR Kota Pekalongan (2003-2013) lahan
terbangun pada tahun 2013 pada Kawasan Pantai
Kota Pekalongan * 50 - 60 % digunakan untuk
perkembangan pembangunan (terbangun).
Penggunaan lahan saat ini masih
didominasi oleh lahan hijau yaitu persawahan dan
tambak atau lahan terbuka, secara keseluruhan
sebagai berikut. Kawasan permukiman, sesuai
dengan karakteristiknya arah perkembangannya
linier, baik secara kreatif direncanakan melalui
pengembangan (swasta) maupun non kreatif
(tanpa) direncanakan terlebih dahulu dari suatu
kawasan lingkungan pemukiman: Pertumbuhan
dan perkembangannya terlihat di Kelurahan
Bandengan, Kandang Panjang dan Panjang
Wetan. Lahan pertanian elan tambak, masih
dominan terutama di Kelurahan Bandengan,
Kandang Panjang, Krapyak Lor dan Degayu.
Sesuai dengan karakteristiknya kelurahan
Bandengan dan Degayu dapat dikategorikan
daerah penyanggalhijau kota. Sebagian besar
sampai tahun 2013 merupakan daerah hijau yaitu
selain kawasan konservasi pantai juga lahan
persawahan dan lahan tambak.
Zona lndustri, cenderung hanya
terdapat di Kelurahan Panjang Wetan sebagai
peralihan ke arah yang lebih dominan ke zona
industri (berupa industri pengeringan ikan (ikan
asin). Lahan Campuran, lahan ini sangat kuat
pertumbuhannya sesuai dengan pola penyebaran
dari pusat kota, berada di Kelurahan
Panjang Wetan sepanjang jalur JI. Tentara
Pelajar - JI. Kusuma Bangsa dan jalur JI.
Samudera serta jalur Ji. WR. Supratman.
Kawasan Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPNP), merupakan kawasan
dari fungsi kota yang telah memiliki
berbagai fasilitas penunjang atau
pendukung, namun demikian rencana
pengembangan untuk masa mendatang
dalam meningkatkan kualitas hasiltangkap
secara fisik dari lokasi sekarang di sebelah
timur dengan penambahan t 2,5 Ha
diperuntukkan untuk Pelabuhan lkan
Higienis. Lahan Konservasi Pantai, lahan
ini diharapkan dapat memberikan
perlindungan terhadap keberadaan lahan
sepanjang pantai. Dengan kondisi dan
karakteristik pantai Pekalongan pada
khususnya. Umumnya pantai Utara Jawa
Tengah mengalami perubahan-perubahan
akibat adanya abrasi (mundurnya bibir
pantai). U P ~ Y ~ penanganan
penanggulangan abrasi secara teknis telah
dilakukan pada daerah-daerah tertentu
khususnya yang berhubungan dengan
pengamanan lingkungan pemukiman.
Sedangkan untuk daerah-daerah terbuka,
khususnya daerah tambak lebih
dipertahankan kearah pengembangan
kawasan konservasi mangrove dan
tanaman pantai lainnya. Terutama di
daerah Kelurahan Bandengan dan
Kandang Panjang.
Kawasan Rekreasi Panlai,
kawasan ini meliputi obyek wisata Pasir
Kencana yang terintegrasi dengan
pelabuhannya serta obyek wisata Pantai
189 Jurnal PONDASI Vol. 12 No.2 Desember 2006
Slamaran yang terletak di Kelurahan Panjang
Wetan dan Kelurahan Krapyak Lor. Lahan (open
space) - Lapangan olah raga, secara umum
tersebar hampir di setiap kelurahan baik yang
bersifat permanen merupakan fasilitas lingkungan
maupun yang bersifat sementara (sebelum
dibangun). Selain dari itu jalur hijau serta jalur-jalur
jalan termasuk drainase kota yang masih
memerlukan penataan secara baik dan terarah
sesuai dengan peruntukannya.
Kondisi demografi menunjukkan bahwa
jumlah penduduk di kawasan Pesisir Kota
Pekalongan dari tahun ke tahun sejak tahun 2001
- 2005 sebagian besar mengalami peningkatan.
Tahun 2001 jumlah penduduknya sebesar 49.793
jiwa sedangkan pada tahun 2005 mengalami
kenaikan, yaitu sebesar 54.061 jiwa. Peningkatan
jumlah penduduk tersebut tersebar di 5 (lima)
kelurahan di sekitar kawasan pesisir Pekalongan.
Laju pertumbuhan penduduk Pesisir
Kota Pekalongan iebih tinggi daripada Kota
pekalongan masingmasing 1,6% dan 0,2%
(lampiran 1). Walaupun demikian keduanya
menunjukkan angka peretubuhan penduduk yang
relatif kecil. Hal ini membawa Dampak pada
pertambahan penduduk setiap tahun akibat
kelahiran, penduduk masuk dan keluar (migrasi) ke
wilayah Pesisir dan Kota Pekalongan relatif kecil.
3.2 POTENSI FISIK
Secara umum iklim sama dengan yang
ada di wilayah Kota Pekalongan yaitu berikiim
tropis dengan temperatur rata-rata berkisar antara
26' - 28' C dan tertinggi 32% Can kelembaban
udara berkisar antara 64 - 86%. Arah angin
dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup pada
siang hari dari Utara ke Selatan, dan angin darat
bertiup pada malam hari dari Selatan ke
Utara. Disamping dipengaruhi oleh angin
yang bertiup malam hari dari arah Barat
Daya ke Tenggara dengan kecepatan ratarata
2 knotljam. Pada bulan Desember -
Maret bertiup agak kencang dengan
kecepatan 3 - 4 knotljam yang
mengakibatkan gelombang di pantai
menjadi besar.
Kekuatan angin di pantai perlu
diketahui sebagai pertimbangan dalam
merancang bangunan dan materi
lansekap. Berdasarkan data dari Badan
Meteorologi dan Geofisika Semarang
maka kecepatan angin di Pantai Utara
Jawa sekitar BMG Semarang adalah 1 - 3
milljam atau 1,6 - 4,8 Kmljam, atau dalam
nomor 2 skala Beaufort, sehingga
kecepatan angin dikategorikan tidak
menjadi faktor perusak tanaman dan
bangunan. Kondisi angin ini akan
menguntung gagasan rancang bangun
arsitektural, karena tak perlu
menggunakan teknologi antisipasi panas
bangunan yang canggih (sophistacated).
Suhu udara Kota Pekalongan
berada dalam angka 22' C - 36' C,
dengan suhu rata-rata 27' C. Suhu panas
akan sangat mempengaruhi rancangan
arsitektur, terutama pengaruh dalam
pilihan bahan bangunan, bentuk bangunan
terutama atap, volume ruang serta lubang
bukaan ventilasi pada dinding dan atap.
Kelembaban udara pantai pada
iklim tropis basah seperti di pantai Utara
Jawa umumnya berkisar 70 - 98 %.
Kelembaban ini akan mernbuat tubuh
Karakter, Potensi, Dan Masalah Pesisir Kota ~ekalongan' 190
mahluk hidup terutama manusia aka" menjadi
gerah karena keringat yang menempel di kulit tidak
mudah menguap, sehingga menyebabkan panas
tubuh tertahan di tubuh. Untuk mendapatkan
kenyamanan thermal untuk tubuh manusia
memerlukan kelembabab 40 - 70 %, yang hanya
akan didapatkan pada kawasan udara sub-tropis,
sehingga perlu pengendalian kelembaban udara.
Pengurangan kelembaban udara berkelembaban
tinggi hanya dapat dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi AC (Air Conditioning), dengan ketentuan
bahwa pemakaian teknologi AC hendaknya
memakai pendekatan Bio-AC yakni pemakaian zat
freon (CFCs) yang ramah lingkungan.
Data hasil pengukuran pasang-surut
yang dilakukan dalam penelitian terdahulu di
Perairan Laut Pekalongan sebagai berikut:
Pengukuran pasang - surut air di perairan
Pekalongan diikatkan dengan Bench Mark (BM)
Bintang Timur dengan titik duduk pada elevasi (2
2.043) LWS . Pengukuran pasang surut dengan
memasang Staf 'Gauge (papan pengukur pasang
surut) yang ditempatkan di bagian perairan
pekalongan pada surut terendah (LWS). Ketinggian
staf Gauge diukur dengan elevasi pada kedudukan
titik Bench Mark (BM) pencatatan dilakukan
dengan interval 30 menit dengan lama
pengamatan selama 15 hari yaitu 1 periode mulai
tanggal 18 Agustus - 3 September 2005, atau
pada saat pasang tertinggi (spring tide) sampai
surut terendah (neap tide).
Pasang tertinggi pada saat pasang
tertinggi (Spring Tide) adalah 140 cm, sedangkan
surut terendah (neap tide) adalah 10 cm. Apabila
elevasi sebesar 2 0.00 adaiah LWL (Low Water
Level), maka dapat dikatakan bahwa elevasi HWL
(High Water Level) pada + 130 LWL dan MWL
(Mean Water Level) pada + 0,65 LWL saatpasang
tertinggi. Sedangkan pada saat pasang
terendah, HWL pada elevasi + 90 LWL
dan MWL pada elevasi + 0,45 LWL (Lemlit
UNISSULA, 2005).
Akan tetapi dari pengamatan
data PT. Pelindo Ill Cabang Tanjung Emas
Semarang didapat hasil yang tidak jauh
berbeda setelah ada koreksi sebesar 2 60
cm Tipe pasang surut adalah kombinasi
Semi Diurnal Tide (Pasang Ganda Harian)
dan Diurnal Tide (Pasang Tunggal Harian)
dan drjumpai satu kali pasang dan satu kali
surut dalam sehari.
Gerakan sedimenlsediment
transport yang terjadi di Peraran Pantai
Kota Pekalongan terjadi pada dua musim,
yaitu pada musim angin barat dan musim
angin timur. Pengaruh angin yang
signifikan terhadap adanya sediment
transport terjadi pada angin timur,
pengendapan sedimen di pantai nampak
jelas pada tempat-tempat tertentu, yaitu :
di lokasi Pantai Pasir Kencana sebelah
barat break water. Sedimen membentuk
hamparan areal baru, bersatu juga di
daerah Selamaran sebelah barat jetty dari
sudetan di belakang off shore break water
membentuk tombolo, serta di muaramuaralintake
sungaildrain terjadi
penyumbatan yang diakibatkan endapan
sedimen berupa pasir.
Wilayah Pesisir Kota
Pekalongan seluruhnya merupakan
daerah dataran rendah dan sebagian
merupakan dataran pantai yang secara
litologi didominasi dengan endapan
lempung alluvium yang terdiri darl
lempung, pasir lempungan dan pasir.
191 Jurnal POMDASI Vol. 12 Mo.2 Desember 2006
Lempung mengandung pasir endapan limpah
banjir, tersebar secara dominan di permukaan,
berwarna coklat tua sampai abu-abu kecoklatan,
lunak plastisitas sedang-tinggi, tebal (data sond~r
dan bor tangan) antara 2,5 - 25 meter, kisaran nilai
konus antara 4 - 35 kg/cm2. Pasir lempungan,
merupakan endapan sungai, berwarna coklat
muda, urai-sangat urai, pasir berukuran butir halussedang,
tebal (data sondir dan bor tangan) antara
6 - > 14 rn, di beberapa tempat kisaran nilai konus
antara 13 - 50 kglcm2. Pasir, merupakan endapan
pantai dan pematang pantai lama, berwarna kuning
muda, ukuran butir halus - kasar, urai, tebal (data
sondir dan bor tangan) antara 5 - > 20 m, di
beberapa ternpat kisaran nilai konus nilai konus
antara 20 - 60 kg/cm2. Hasil analisa laboratorium
mekanika tanah dari tanah lempung dan pasir
lempungan beberapa contoh untuk tanah lempung
yaitu Gs = 2,613 - 2,807 g/cm5. gm = 1,468 -
1,678 g/cm5, Wn = 26,40 - 41,23 %, group simbol
CH, c = 0,01 - 029 kg/cm2, f = 20,81 -30,96 dan
untuk pasir lemptmgan Gs = 2,727 g/cm3, gm =
1,458 glcm3, Wn = 15,21%, group simbol SC, c =
0,04 kg/cm2, f = 31,38 O.
Guna rnenentukan baku kualitas air laut
untuk keperluan cuci ikan segar, diperlukan air taut
dengan kategori Baku Mutu Air Limbah kolom II
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup , Nomor :
Kep03/MENKLH111/1991 tentang Ketentuan Baku
Mutu Lingkungan. Pencemaran unsur kimia
terutama logam berat akan menyebabkan
peracunan pada kulit dan tubuh ikan. Kelebihan
garam-garaman atau mineral atau zat padat
tersuspensi dalam air laut akan dapat merusak
struktur tubuh dan kulit ikan. Bakteri yang patut
diwaspadai dalam air laut Kota pekalongan adalah
bakteri tinja yakni E-Coli dan Salmonella
(Lampiran 2).
3.3 PERMWSALAHAN
Permasalahan lingkungan di
kawasan pantai Kota Pekalongan
mencakup masalah tambak, abrasi, intrusi
air laut, sedimentasi dan masalah
kerusakan pantai. Masalah tambak yang
perlu diperhatikan adalah masalah
penataan kawasan tambak terhadap
sistem pengambilan dan pembuangan air
tambak. Penataan kawasan tambak
dengan kawasan permukiman dan
kawasan tambak dengan kawasan
pertanian. Penataan ini perlu
mempertimbangkan pasang surut air laut
karena sangat berpengaruh pada tambak
dan pertanian.
Masalah abrasi yang terus
terjadi karena tidak adanya perlindungan
kawasan pantai seperti bakau dan
rusaknya bangunan pelindung pantai
karena tidak tepat dalam pemilihan jenis
bangunan penahan gelombang. Masalah
intrusi air laut yang cukup besar karena
hampir seluruh wilayah Pantai Kota
Pekalongan terkena intrusi air laut sampai
kedalaman beberapa meter. lntrusi ini
terjadi karena adanya lapisan tanah yang
kurang padat ataupun rnasuknya air laut di
permukaan yang telah cukup jauh ke
daratan karena adanya tambak maupun
penyebaran air tanah yang terus menerus
serta bertambahnya permukiman pantai.
Masalah sedimentasi yang
cukup besar karena kawasan pantai
Karakter, Potensi, Dan Masalah Pesisir Kota pekalongan' 192
Pekalongan menjadi muara dari banyak sungai
yang ada di Kota dan Kabupaten Pekalongan. Jika
ha1 ini dibiarkan terus menerus bisa mengakibatkan
teriibatnya produksi ikan laut, maupun banyaknya
lahan tambak yang kurang air. Di samping itu
munculnya tanah timbul juga menjadi sengketa
antar pemerintah dan penduduk.
Masalah perlindungan pantai yang masih
kurang karena usaha-usaha pantai yang mencakup
penduduk sekitar pantai, nelayan, aparat maupun
pihak swadaya masyarakat. Padahal jika fungsi
lindung di kawasan pantai Kota Pekalongan
tefwujud maka aktivitas kawasan pantai lebih
heterogen seperti adanya wisata pantai mampu
terlindunginya kawasan pantai sehingga terjaga
keutuhan aktivitas produksi dan sekitarnya.
Permasalahan banjir yang hampir setiap
datang musim hujan maka sebagian kawasan
pesisir Kota Pekalongan tergenang banjir.
Permasalahan ini timbul karena topografi yang
rendah dan sistem drainase yang belum baik serta
kondisi wilayah yang kurang mampu menampung
debit air buangan. Permasalahan lingkungan
lainnya adalah pengelolaan dan eksploitasl bahan
galian C yang sering tidak mengindahkan aspek
perlindungan lingkungan, sehingga menimbulkan
garis pantai menjadi mundur dan membahayakan
permukiman yang ada di sekitarnya.
Permasalahan lain di kawasan pesisir
Kota Pekalongan adalah Mangrove. Mangrove
dapat tumbuh dan berkembang secara maksimum
dalam kondisi terjadi penggenangan dan sirkulasi
air laut permukaan yang menyebabkan pertukaran
Sirkulasi yang tetap (terus-menerus)
meningkatkan pasokan oksigen dan
nutrien, untuk keperluan respirasi dan
produksi yang dilakukan oleh tumbuhan.
Perairan dengan salinitas rendah akan
menghilangkan garam-garam dan bahanbahan
alkalin, mengingat air yang
mengandung garam dapat menetralisir
kemasaman tanah. Mangrove dapat
tumbuh pada berbagai macam media baik
tanah berpasir, tanah lumpur, lempung
dan tanah berbatu. Secara umum hutan
mangrove dan ekosistem mangrove cukup
tahan terhadap berbagai gangguan dan
tekanan lingkungan, namun sangat peka
terhadap pengendapan dan sedimentasi,
tinggi rata-rata permukaan air, pencucian
serta tumpahan minyak. Keadaan ini
mengakibatkan penurunan kadar oksigen
dengan cepat untuk kebutuhan respirasi
dan menyebabkan kematian mangrove.
Terdapat dua sungai besar yang
mensupply sedimen pantai Kota
Pekalongan yaitu Kali Pekalongan dan Kali
Pencongan.
Permasalahan utama tentang
pengaruh atau tekanan terhadap habitat
mangrove bersumber dari kelnginan
masyarakat untuk mengkonversi area
mangrove menjadi areal perurnahan,
kegiatan komersil, industri, pertanian.
Disamping itu juga meningkatnya
permintaan terhadap kayu menyebabkan
dan pergantian sedimen secara terus menerus. eksploitasi berlebihan terhadap daerah
193 Jurnal PONDASI Vol. 12 No.2 Desernber 2006
mangrove. Kegiatan lain yang menyebabkan
kerusakan ekosistem mangrove cukup besar
adalah pembukaan tambak untuk budidaya
perikanan. Kegiatan pembukaan tambak ini
memberikan kontribusi terbesar dalam
pengrusakan ekosistem mangrove sehingga
habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan
kehilangan ini lebih besar dibanding nilai
penggantinya.
Ekosistem mangrove banyak
memberikan manfaat bagi biota perikanan
sehingga ekosistem ini merupakan habitat vital
bagi kehidupan biota air di kawasan pesisir. Fungsi
lain dari mangrove diantaranya adalah sebagai
pelindung pantai dari abrasi dan tekanan air,
sehingga dapat melindungi kawasan tambak yang
ada di sekitarnya. Berbagai jenis mangrove yang
ada dikawasan pesisir seperti bahan (rhyzophora
Sp) merupakan jenis yang banyakdigunakan untuk
rehabilitasi kawasan mangrove. Keberhasilan
hidup tanaman bakau memang cukup rendah
karena beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti kondisi alam, jenis tanah, hama, penyakit
serta tingkat kesadaran masyarakat yang periu
ditingkatkan. Seperti penahan banjir, penahan
angin, penahan gelombang, estetika yang
terkadang nilai moneter non konsumtif tersebut
jauh lebih besar daripada nilai konsumtif.
Eksploitasi sumberdaya alam oleh masyarakat
pesisir juga menyisakan limbah yang tidak
dimanfaatkan secara ekonomis.
Pemecahan permasalahan ini dapat
dilakukan dengan peningkatan pemahaman dan
wawasan masyarakat pesisir khususnya
masyarakat nelayan dan pembudidaya
ikan berkaitan peraturan perundangundangan
yang berkaitan dengan
pengelolaan tata ruang pesisir dan pantai.
Sosialisasi dapat dilakukan secara formal
maupun informal. Salah satu materi yang
dapat diberikan adalah misainya
Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990
tentang pengelolaan kawasan lindung
yang mengatur lebar sempadan pantai
selebar 130x bila pasang tertinggi dengan
pasang terendah sebagai kawasan
ekosistem mangrove.
IV. KESIWIPULAN
Pengembangan pesisir Kota
Pekalongan hendaknya tetap
memperhatikan karakteristik, potensi dan
permasalahan. Pembangunan bangunan
baru yang menjorok ke laut seperti
pelabuhan teiah menyebabkan perubahan
karakteristik wilayah dan dapat
menimnulkan permasalahan baru. Wilayah
sek~tar pelabuhan mengalami erosilabrasi
khususnya di pantai Slamaran dan Pasir
Kencana. Oleh sebab itu perlu dicarikan
solusi berupa upaya teknis, vegetatif dan
pemberdayaan masyarakat. Gabungan
ketiga pendekatan tersebut diharapkan
dapat menyeiamatkan ekosistem pantai
dan keberadaan fasilitas yang berdekatan
dengan pantai Kota Pekalongan, bahkan
Karakter, Potensi , Dan Masalah Pesisir Kota ~ekalongan' 194
dirnungkinkan dapat menambah daratan
(rekiamasi)
DAFTARPUSTAKA
Anggoro, Sutrisno, 2006. Zonasi dan Profil:
Ekosistern Pesisir dan Laut, bahan
Lokaka~yaJ urusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakulfas
TeknikUNISSULA, 2-4 Nopember 2006.
Semarang
Dahuri, R., J. Rais, S.P., Ginting danM.J. Sitepu,
2001, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan laufan secara Terpadu.
Pradnya Paramita, Jakarta (edisi kedua).
Kay, R. and J. Aldel, 1999. CoastalPlanning and
Management, E and FN Spon, London and
New York.
Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
Lembaga Penelitian UNISSULA, 2005.
Laporan DED Pengembangan
Pelabuhan lkan Higienis
Pekalongan.
RDTR Kota Pekalongan tahun 2003-2013
Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan
Hidup , Nomor :
Kep03IMENKLHIiII1991 tentang
Ketentuan Baku Mutu Lingkungan.
UU 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang.
Lampiran 1
Angka Pertumbuhan Penduduk Di Kawasan Pantai Kota Pekalongan
Tahun 2001 - 2005
Somber : Monografi Kelurahan & Hasil Perhitungan, 2006
Proyeksi Penduduk Di Kawasan Pantai Mota Pokalongan
Tahun 2007 - 2013
Somber : Hasil Perhitungan, 2006
No
Karakter, Potensi , Dan Masalah Pesisir Kota pekalonganf 196
1 I Panjang Wetan 1 21.485 1 0,018 1 22.265 1 24.342 1 24.731
KelurahanIDesa 2005 r 1 2007 2012 2013
Lampiran 2
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Lai
.okasi : L
Tanggal Pengambiian : 7
Cegunaan : B
,atorium : P
Unsur
S u h u
W a r n a
Daya Hantar Listrik
Kekeruhan
PH
Zat padat
Zat Organik
Kesadahan
Calsium ( Ca )
Magnesium (Mg )
Besi ( Fe )
Tembaga ( Cu )
Zink (Zn )
Chiorida ( CI )
Suifat ( SO4 )
Sulfida ( H2 S )
Fiuorida ( F )
Amoniak ( dalam N )
Nitrit (dalam N )
Chromium ( Cr)
Alkalinitas M - 0
Mangaan ( Mn )
Cyanida ( Cn )
Nitrat (dalam N)
ara Fisik
epas Pantai Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan
September 2005 jam 11.30
,sku Mutu Air Untuk Air Cuci lkan Laut Tangkapan
'DAM Kota Semara
p G q -
C"
TCU
Mikro Ohm
NTU
mgll
mgN
mgll
mgll
mgll
mgll
mgll
mgll
mgll
mgll
mgll
mgli
mgll
mgli
mgll
mgl
mgll
mgll
mgll
Ing
Batas Baku
Mutu
Lokasi A
29,l
2620
63 600
610
7.68
31.850 *
330,44
6794,90
1345,ZO
5449,70
1,58
0,77
0.01
17200,OO *
450 *
0,332 *
0,58 *
8,O "
0,085
0,o
163
1,116 *
0,o
0,22
Lokasi B
i
at-..
Lokasi A: disebelah Timur Breakwater Timur
Lokasi B: 100 meter kearah Timur dari titik lokasi A
Tanda * = tanda batas ambang baku mutu air iirnbah yang dilampaui.
Sumber : Laporan DED Pengembangan Pelabuhan lkan Higienis Pekalongan, 2005
197 Jurnal PONDAS1 Voi. 12 No2 Desember 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar