Pages

Subscribe:

Ads 488x100px

PENDIDIKAN TANPA BATAS

Jumat, 25 November 2011

struktur masyarakat jawa

Pasar desa
Suatu pasar desa di jawa atau peken(krami), biasanya letaknya tidak jauh. Jarak dari rumah seorang petani ke pasar, yang letaknya biasanya di tepi jalan besar, hanya kira-kira 3 sampai 5 Km saja. Nama dari setiap pasar adalah berdasarkan nama hari,karena itu ada pasar legi,pon,pahing,kliwon dan sebagainya. Pasar koperaan misalnya adalah pasar yang letaknya dekat tempat penjempuran kopra.
Menurut A. Dewey, di pasar-pasar di Jawa ada beberapa jenis pedagang,yaitu :
1.      Petani/tengkulak pertama yang membawa hasil bumi/kerajinan
2.      Para tengkulak bakul
3.      Tengkulak kedua
4.      Para mkelar-makelar
5.      Pemilik pedati dan opelet
6.      Para penjaja berkeliling
7.      Para pemilik toko keturunan tionghoa
8.      Para pemilik warung makanan
9.      Para tukang cukur,jahit,parkir,sepatu dsb
Modal dan kredit
Seperti halnya perekonomian pedesaan pada umumnya,modal sangat terbatas,sedangkan kredit juga sangat sukar diperoleh. Sebab lain mengapa mereka sering tidak mengembalikan hutang adalah karena diantara petani itu ada sikap mental yang menganggap hal itu tidak penting. Oleh karena itu pulalah para peminjam uang biasanya meminta bunga yang sangat tinggi,karena resiko yang mereka hadapi juga tinggi.
Barang-barang dagangan
Barang dagangan yang ada di pasar antara lain, palawija, hasil pekarangan berupa buah-buahan,sayuran,ayam,itik,makanan yang terbuat dari beras, dan barang-barang hasil industri rumah.
Dengan adanya perdagangan antar pasar, berubah pula sifat dari ekonomi pedesaan yang ada, dan perdagangan jual beli secara besar-besaran itu akhirnya jatuh ke tangan pedagang keturunan tiong hoa, karena para petani dan pedagang pribumi tidak memiliki modal yang cukup besar.
Di jawa sebelum PD ke II suatu pasar desa ataupun pasar dikota seringkali di datangi oleh beraneka macam rombongan penari,pelawak (tiyang mbarang),penyanyi (tiyang ngamen), yang menarik sumbangan dari kerumunan orang yang menonton atau mendengarkan pertunjukan mereka. Tetapi sesudah PD II pertunjukan rakyat seperti itu sudah jarang ditemui di pasar.
Pekerjaan dan mobilitas petani
Pekerjaan utama dan sekunder
Jadi pada awal musim tanam seorang petani bisa juga aktif berjualan disamping bercocok tanam (pertanian).Para pedagang yang ingin memebeli padi mendatangi petani secara langsung,tetapi seorang petani juga menjual padinya ke koperasi desa. Dengan demikian seorang petani sebenarnya malahan lebih aktif sebagai seorang pedagang dari pada seorang petani. Baru pada bagian ketiga dari siklus pertanian ia lebih banyak meluangkan waktunya untuk bekerja di sawah lagi, yaitu dengan menanam tanaman palawija sesudah panen berakhir. Sekarang ini di desa-desa Jawa orang makin sukar menyatakan jenis pekerjaan yang mereka lakukan, yang disebabkan karena mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap,tetapi terutama karena mereka tidak mampu melakukan pekerjaan yang diakui oleh penduduk desa lainya.
Mobilitas penduduk
Pola – pola pekerjaan penduduk desa tentu saja menyebabkan mobilitas penduduk bersifat musiman maupun tidak musiman yang sangat tinggi di daerah pedesaan Jawa. (1) adanya orang – orang yang tiap hari meninggalkan desanya untuk pergi ke tempat kerjanya atau ke pasar untuk berdagang , dan kembali lagi sore atau malam harinya. (2) orang – orang yang tiap hari hilir mudik ke kota adalah para penjual buah – buahan, para penjual makanan di pasar, tetapi selain itu juga para pekerja musiman baik pria maupun wanita, yang tidak memiliki tanah di desanya sendiri dan pergi ke desa – desa tetangga untuk bekerja. (3) para buruh tani yang menjelajahi suatu daerah tertentu selama berminggu – minggu, untuk bekerja di ladang – ladang orang sebagai pencangkul, penanam, pemetik, atau sabagai pencabut rumput liar ( matun ).

Perbedaan Sosial-Ekonomi di desa, pemerintah Desa dan Himpunan-Himpunan
Tanah dan keturunan. Dalam konteks kebudayaan jawa secara keseluruhan petani-petani dari daerah pedesaan dipandang sebagai satu golongan sosial yang disebut tiyang tani. Bila kita perhatikan lebih seksama, kita lihat adanya perbedaan sosial ekonomi di dalam masyarakat desa yang merupakan dasar dari suatu pelapisan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar