Pages

Subscribe:

Ads 488x100px

PENDIDIKAN TANPA BATAS

Kamis, 08 Desember 2011

Benturan Kapitalisme Global terhadap Masyarakat Terbuka






Judul:Open Society: Reforming Global Capitalism 
Penulis: George Soros
Penerjemah: Sri Koesdiyantinah
Kata Pengantar: Dawam Rahardjo
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Cetakan: I, Mei 2006
Tebal: liii+408 halaman


Sejak terbit pertama kali dengan judul The Crisis of Global Capitalism: Open Society Endangered pada 1998 karya ini telah mendapat sambutan yang cukup fantastik dengan predikat International Best Seller, yang mungkin tidak diduga oleh penulisnya sendiri, George Soros. Sebagai spekulator pasar uang, Soros telah sangat diuntungkan oleh kapitalisme, bahkan oleh kelemahan kapitalisme itu sendiri yang tidak mampu menciptakan stabilitas moneter di tingkat dunia. Namun sistem yang membesarkannya itu dihujat habis-habisan dalam bukunya, sehingga menuai kontroversi dan mendapat kritik dari kalangan liberal- kapitalis sendiri.
Kini, edisi revisi dengan judul Open Society: Reforming Global Capitalism, Goerge Soros, yang disebutsebut sebagai dalang krisis keuangan dan ekonomi di Asia Tenggara, masih mempertahankan tesisnya yang menyatakan bahwa kapitalisme sebagai sebuah sistem global telah mengalami krisis yang amat parah karena munculnya apa yang disebut Karl Popper sebagai open society atau masyarakat terbuka. Berpijak pada teori Karl Popper, Soros mengatakan pula bahwa kapitalisme saat ini telah membahayakan masyarakat terbuka. Dan Soros pun mengkritik kapitalisme.
Kapitalisme sebagai sistem dunia yang bermula pada awal abad ke-16, ketika orang-orang Eropa berhamburan keluar dari sudut kecil dunia untuk menaklukkan, merampas dan berdagang, semakin menunjukkan kejayaannya terutama sejak runtuhnya tembok Berlin dan berakhirnya Perang Dingin. Hal itu ditengarai sebagai kemenangan bagi kapitalisme liberal dan runtuhnya komunisme. Pernyataan Marx yang mengatakan sosialisme dan komunisme akan menggantikan kapitalisme ternyata tidak terbukti. Dan sistem kapitalisme itu, menurut Francis Fukuyama, merupakan pamungkas sejarah (The End of History), yang berarti bahwa tak ada lagi sistem yang menggantikannya.
Namun, tesis Fukuyama ini agaknya ditolak oleh Soros, karena kapitalisme sekarang ini, menurut pengamatan Soros, ternyata juga sedang mengalami krisis walaupun sudah menjadi sistem global. Kapitalisme, dalam pandangan Soros, ternyata telah menimbulkan fragmentasi anarki produksi dan ketidakstabilan dalam perkembangan ekonomi. Ini ditandai dengan gulung tikarnya industri kecil yang ditelan oleh industri besar dan persaingan yang saling menghancurkan dalam produk dan pemasaran. Keberadaan ini pada masa-masa tertentu dapat menimbulkan persoalan sosial yang berat, bahkan juga perang, konflik dan krisis.
Selain itu, kapitalisme global telah menyebabkan negara-negara pusat berusaha menjadi penyerenta negara-negara pinggir —dalam istilah Soros disebut periphery—dengan mengendalikan pertumbuhan ekonomi mereka. Dalam hal ini, Soros menyatakan bahwa International Monetery Fund (IMF) dan World Bank merupakan dua organisasi keuangan internasional yang sengaja dibentuk oleh negara-negara pusat agar tetap bisa menguasai dan mengontrol negara-negara pinggir (negara berkembang dan terbelakang).
Berangkat dari ini, Soros menyarankan agar kapitalisme direformasi, sebab hal ini membahayakan masyarakat terbuka. Sistem kapitalisme saat ini menekankan persaingan dan mengukur keberhasilan dalam terminologi uang. Nilai uang telah menggeser peran nilai-nilai intrinsik dengan dominasi pasar di bidang-bidang kehidupan yang sebenarnya bukan tempatnya. Bidang hukum, politik, budaya, pendidikan, bahkan hal-hal yang bersifat pribadi dan privat, telah dikonversi ke dalam terminologi uang.
Menurut Soros, menerapkan ideologi pasar ke dalam wilayah- wilayah di luar bisnis dan ekonomi ternyata memiliki pengaruh sosial yang merusak dan menimbulkan degradasi moral. Bahkan, sekalipun mengesampingkan nilai moral dan etika yang lebih besar, ideologi fundamentalisme pasar (laissez faire) memiliki cacat besar yang pada akhirnya menciptakan kekacauan dan menyebabkan keruntuhan sistem kepitalisme global. Sistem inilah yang dituding Soros sebagai biang kerok dari krisis kapitalisme global. Memang, sistem kapitalisme global saat ini masih memiliki kekuatan, dan masyarakat yang diciptakannya adalah masyarakat terbuka yang terdistorsi, oleh karena itu sistem ini harus direformasi.
Dalam buku yang disebut Soros sebagai panduan filsafat praktis ini, ia mengungkapkan persepsi atau konsepsinya mengenai kapitalisme, yaitu kapitalisme yang kompatibel dengan masyarakat terbuka atau kapitalisme yang sejalan dengan demokrasi. Jadi bagi Soros, masyarakat terbuka yang diambilnya dari Popper itu adalah gagasan primer, sedangkan kapitalisme merupakan gagasan sekunder.
Bagi Soros, kapitalime (yang benar dan otentik) memang bisa menyumbang terhadap terbentuknya suatu masyarakat terbuka. Tapi gagasan utama Soros adalah bahwa diperlukan sebuah masyarakat terbuka untuk mencapai masyarakat kapitalis sejati. Sebab sistem masyarakat terbuka itu bersifat menggairahkan (stimulating), inovatif dan cenderung kepada kondisi yang lebih makmur. Sementara itu, kapitalisme saat ini, yang merupakan ideologi pasar radikal, telah melahirkan banyak sekali persoalan yang membahayakan masyarakat terbuka sebagaimana diidealkan Soros.
Memang, di satu sisi, kapitalisme yang berprinsip pada pasar sangat berhasil dalam menciptakan kekayaan, namun di sisi lain sistem itu tidak menjamin kebebasan, demokrasi, dan supremasi hukum. Padahal, untuk mewujudkan masyarakat terbuka dibutuhkan penjunjungan kebebasan dan hak asasi manusia, supremasi hukum, dan kesadaran tanggung jawab sosial serta keadilan sosial. Terdapat praduga umum bahwa demokrasi dan kapitalisme berjalan seiring. Sebenarnya, dalam pandangan Soros, hubungan keduanya amat rumit. Kapitalisme membutuhkan demokrasi sebagai peyeimbang karena sistem kapitalisme itu sendiri tidak menunjukkan kecenderungan ke arah ekuilibrium, yang menjadi landasan bagi fundamentalisme pasar. Dan hal ini justru menghasilkan masyarakat tertutup, yang tidak sesuai dengan tujuan kapitalisme global.
Jadi, kritik Soros terhadap kapitalisme global dapat dibagi menjadi dua. Pertama, berkaitan dengan mekanisme pasar, terutama mengenai instabilitas yang menggoncang pasar uang. Kedua, berkaitan dengan sektor non pasar, yaitu kegagalan politik dan erosi nilai-nilai moral baik pada tingkat nasional maupun internasional. Untuk yang kedua, Soros mengharapkan agar kapasitas negara dalam melaksanakan fungsifungsinya diwujudkan dengan demokratis, bukan pada pasar. Sebab, nilai-nilai pasar hanya mengekspresikan berapa yang mau dibayar oleh seorang partisipan kepada partisipan lain dalam pertukaran bebas dan tidak mengekspresikan kepentingan bersama mereka. Walhasil, nilai-nilai sosial hanya dapat diwujudkan melalui peraturan- peraturan sosial dan politik.
Selaku penganjur masyarakat terbuka, Soros dengan tegas memperjelas bahwa ia tidak menentang kapitalisme per se. Sebab sonsep-konsep masyarakat terbuka dan ekonomi pasar sangat erat kaitannya, dan kapitalisme global telah membawa ke arah lebih dekat dengan masyarakat terbuka global. Oleh karena itu, Soros menganjurkan agar mengoreksi kekurangan- kekurangan pada sistem kapitalisme demi mensejahterakan umat manusia (hlm.xivii).
Soros, yang selama ini dikenal dengan binatang ekonomi , ternyata juga memiliki sisi-sisi kemanusiaan dan pemikiran akan sebuah masyarakat terbuka, di mana nilai-nilai demokrasi bisa dilaksanakan sepenuhnya di dalamnya. Tobat Soros itulah yang menjadikan idenya penuh kontroversi di kalangan kapitalis lain. Dan itu yang membuat buku ini menarik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar